Kamis, 07 Juni 2012

DEJA VU

Diposting oleh Niken Cahyaningrum di 23.32 0 komentar

Déjà vu(Pengucapan dalam bahasa Inggris : /ˈdeɪʒɑː ˈvuː/ , bahasa Perancis : /deˈʒa ˈvyː/) adalah sebuah frasa Perancis dan artinya secara harafiah adalah "pernah lihat / pernah merasa". Maksudnya mengalami sesuatu pengalaman yang dirasakan pernah dialami sebelumnya. Fenomena ini juga disebut dengan istilah paramnesia dari bahasa Yunani para (παρα) yang artinya ialah "sejajar" dan mnimi (μνήμη) "ingatan".
Menurut para pakar, setidaknya 70% penduduk bumi pernah mengalami fenomena ini. Hampir semua dari kita pernah mengalami apa yang dinamakan deja vu: sebuah perasaan aneh yang mengatakan bahwa peristiwa baru yang sedang kita rasakan sebenarnya pernah kita alami jauh sebelumnya. Peristiwa ini bisa berupa sebuah tempat baru yang sedang dikunjungi, percakapan yang sedang dilakukan, atau sebuah acara TV yang sedang ditonton.
Lebih anehnya lagi, kita juga seringkali tidak mampu untuk dapat benar-benar mengingat kapan dan bagaimana pengalaman sebelumnya itu terjadi secara rinci. Yang kita tahu hanyalah adanya sensasi misterius yang membuat kita tidak merasa asing dengan peristiwa baru itu.
Keanehan fenomena deja vu ini kemudian melahirkan beberapa teori metafisis yang mencoba menjelaskan sebab musababnya. Salah satunya adalah teori yang mengatakan bahwa deja vu sebenarnya berasal dari kejadian serupa yang pernah dialami oleh jiwa kita dalam salah satu kehidupan reinkarnasi sebelumnya di masa lampau. Bagaimana penjelasan ilmu psikologi sendiri?
Terkait dengan Umur dan Penyakit Degeneratif yang berhubungan dengan sex
Pada awalnya anda membaca text ini :p , beberapa ilmuwan beranggapan bahwa deja vu terjadi ketika sensasi optik yang diterima oleh sebelah mata sampai ke otak (dan dipersepsikan) lebih dulu daripada sensasi yang sama yang diterima oleh sebelah mata yang lain, sehingga menimbulkan perasaan familiar pada sesuatu yang sebenarnya baru pertama kali dilihat. Teori yang dikenal dengan nama “optical pathway delay” ini dipatahkan ketika pada bulan Desember tahun lalu ditemukan bahwa orang butapun bisa mengalami deja vu melalui indra penciuman, pendengaran, dan perabaannya.
Selain itu, sebelumnya Chris Moulin dari University of Leeds, Inggris, telah menemukan pula penderita deja vu kronis: orang-orang yang sering dapat menjelaskan secara rinci peristiwa-peristiwa yang tidak pernah terjadi. Mereka merasa tidak perlu menonton TV karena merasa telah menonton acara TV tersebut sebelumnya (padahal belum), dan mereka bahkan merasa tidak perlu pergi ke dokter untuk mengobati ‘penyakit’nya karena mereka merasa sudah pergi ke dokter dan dapat menceritakan hal-hal rinci selama kunjungannya! Alih-alih kesalahan persepsi atau delusi, para peneliti mulai melihat sebab musabab deja vu ke dalam otak dan ingatan kita.
Baru-baru ini, sebuah eksperimen pada tikus mungkin dapat memberi pencerahan baru mengenai asal-usul deja vu yang sebenarnya. Susumu Tonegawa, seorang neuroscientist MIT, membiakkan sejumlah tikus yang tidak memiliki dentate gyrus, sebuah bagian kecil dari hippocampus, yang berfungsi normal. Bagian ini sebelumnya diketahui terkait dengan ingatan episodik, yaitu ingatan mengenai pengalaman pribadi kita. Ketika menjumpai sebuah situasi, dentate gyrus akan mencatat tanda-tanda visual, audio, bau, waktu, dan tanda-tanda lainnya dari panca indra untuk dicocokkan dengan ingatan episodik kita. Jika tidak ada yang cocok, situasi ini akan ‘didaftarkan’ sebagai pengalaman baru dan dicatat untuk pembandingan di masa depan.
Menurut Tonegawa, tikus normal mempunyai kemampuan yang sama seperti manusia dalam mencocokkan persamaan dan perbedaan antara beberapa situasi. Namun, seperti yang telah diduga, tikus-tikus yang dentate gyrus-nya tidak berfungsi normal kemudian mengalami kesulitan dalam membedakan dua situasi yang serupa tapi tak sama. Hal ini, tambahnya, dapat menjelaskan mengapa pengalaman akan deja vu meningkat seiring bertambahnya usia atau munculnya penyakit-penyakit degeneratif seperti Alzheimer: kehilangan atau rusaknya sel-sel pada dentate gyrus akibat kedua hal tersebut membuat kita sulit menentukan apakah sesuatu ‘baru’ atau ‘lama’.
Menciptakan ‘Deja Vu’ dalam Laboratorium
Salah satu hal yang menyulitkan para peneliti dalam mengungkap misteri deja vu adalah kemunculan alamiahnya yang spontan dan tidak dapat diperkirakan. Seorang peneliti tidak dapat begitu saja meminta partisipan untuk datang dan ‘menyuruh’ mereka mengalami deja vu dalam kondisi lab yang steril. Deja vu pada umumnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari, di mana tidak mungkin bagi peneliti untuk terus-menerus menghubungkan partisipan dengan alat pemindai otak yang besar dan berat. Selain itu, jarangnya deja vu terjadi membuat mengikuti partisipan kemana-mana setiap saat bukanlah hal yang efisien dan efektif untuk dilakukan. Namun beberapa peneliti telah berhasil mensimulasikan keadaan yang mirip deja vu.
Seperti yang dilaporkan LiveScience, Kenneth Peller dari Northwestern University menemukan cara yang sederhana untuk membuat seseorang memiliki ‘ingatan palsu’. Para partisipan diperlihatkan sebuah gambar, namun mereka diminta untuk membayangkan sebuah gambar yang lain sama sekali dalam benak mereka. Setelah dilakukan beberapa kali, para partisipan ini kemudian diminta untuk memilih apakah suatu gambar tertentu benar-benar mereka lihat atau hanya dibayangkan. Ternyata gambar-gambar yang hanya dibayangkan partisipan seringkali diklaim benar-benar mereka lihat. Karena itu, deja vu mungkin terjadi ketika secara kebetulan sebuah peristiwa yang dialami seseorang serupa atau mirip dengan gambaran yang pernah dibayangkan.
LiveScience juga melaporkan percobaan Akira O’Connor dan Chris Moulin dari University of Leeds dalam menciptakan sensasi deja vu melalui hipnosis. Para partisipan pertama-tama diminta untuk mengingat sederetan daftar kata-kata. Kemudian mereka dihipnotis agar mereka ‘melupakan’ kata-kata tersebut. Ketika para partisipan ini ditunjukkan daftar kata-kata yang sama, setengah dari mereka melaporkan adanya sensasi yang serupa seperti dejavu, sementara separuhnya lagi sangat yakin bahwa yang mereka alami adalah benar-benar deja vu. Menurut mereka hal ini terjadi karena area otak yang terkait dengan familiaritas diganggu kerjanya oleh hipnosis. Hipnotis inilah yang disebut fachminisme. Dikutip dari : http://www.indospiritual.com/artikel_misteri-deja-vu.html

Jumat, 23 Maret 2012

How to Make a Simple Electric Bell

Diposting oleh Niken Cahyaningrum di 21.38 0 komentar

Tools Required :

- Scissors - Screwdriver - Special Cables Tape
Materials Required :
- 2 m long cable - 5 watt lamp colorful - Lamp housing 1 piece - Switches 1 pc - The head end of the cable to connect to the outlet 1 pc - Electric bell 1 piece
Steps :
- First, cut the cable as long as 10 cm 2 pieces, so the rest of the 2m cable into 180 cm.  

- Second, take one piece of cable as long as 10 cm, and connect with an electric bell wiring by color. - Third, reconnect the cable ends are not attached to the lamp housing.  
- Fourth, take the cable as long as 10 cm a second, then merge into two pairs in the lamp housing, according to color. Like this
- Fifth, The fifth stage is a fairly complicated, first connect the cable end is connected to the lamp housing, then paralleled with the remaining cables were 180 cm long with a switch, as shown below.
- Sixth, the last cable Connect the other end with a head end of the cable. Seventh, the bell is ready for use.

PROSES PENYAMPAIAN LISTRIK SAMPAI ke KONSUMEN

Diposting oleh Niken Cahyaningrum di 21.33 0 komentar

Pemakai listrik dalam hal ini adalah konsumen atau pelanggan tersebar di beberapa tempat, sehingga butuh penanganan khusus agar listrik yang di bangkitkan dari Pusat Listrik (Pembangkit listrik) dapat sampai ke pelanggan dengan kualitas baik. Konsumen dalam hal ini terbagi atas beberapa yaitu : konsumen Sosial, Rumah Tangga, bisnis, industri dan penerangan jalan umum (PJU). Sedangkan pusat listrik terdiri dari PLTA (Pusat Listrik Tenaga Air), PLTM (Pusat Listrik Tenaga Minihidro), PLTD (Pusat Listrik Tenaga Diesel), PLTG (Pusat Listrik Tenaga Gas), PLTGU (Pusat Listrik Tenaga Gas Uap), PLTU (Pusat Listrik Tenaga Uap), PLTP (Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi), PLTN (Pusat Listrik Tenaga Nuklir) , PLTB (Pusat Listrik Tenaga Bayu), PLTS (Pusat Listrik Tenaga Surya) dan Pusat Listrik Tenaga Gelombang Laut.. (Tenaga dalam masuk gak ya?? hehe.. just kidding)


Tenaga listrik awalnya dibangkitkan dari pusat-pusat listrik yang pada umumnya terletak jauh dari pusat bebannya, yang kemudian tenaga listrik yang dihasilkan dari pusat lisrik, tegangannya dinaikkan oleh Trafo Step Up yang ada di setiap pusat listrik dan/atau gardu induk untuk menaikkan tegangan menjadi tegangan tinggi 70 kV dan 150 kV atau tegangan ekstra tinggi 500 kV karena tegangan generator yang dihasilkan setiap pusat listrik relatif rendah (6 kV – 24 kV). Setelah tegangan dinaikkan maka kemudian disalurkan melalui transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan/atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) menuju Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya kembali menjadi tegangan menengah atau tegangan distribusi primer yang bertegangan 6kV, 12kV atau 20 kV. Namun di Indonesia umumnya di turunkan ke tegangan 20 kV. sampai disini mungkin ada yang bertanya. kenapa tegangan listrik yang dihasilkan harus dinaikkan dan diturunkan kembali sebelum sampai ke konsumen??? hal ini disebabkan karena tujuan penaikan tegangan adalah selain memperbesar daya hantar dari saluran (berbanding lurus dengan kwadrat tegangan), juga untuk memperkecil rugi daya dan susut tegangan pada saluran transmisi.
Lanjut….. Setelah tegangan dari tenaga listrik yang dihasilkan diturunkan menjadi tegangan menengah 20 kV maka kemudian disalurkan ke saluran distribusi atau dalam istilah Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM), yang kemudian dari SUTM menuju Trafo distribusi untuk diturunkan kembali tegangannya menjadi 380/220 V untuk dibagikan ke setiap konsumen rumah tangga melalui Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) hingga kita semua bisa menyalakan TV, Radio, AC dan lainnya melalui Sambungan Rumah tentunya melewati kWH Meter…. :) namun ada pula konsumen yang tidak melalui saluran tegangan rendah, tapi langsung dari tegangan menengah atau SUTM 20 kV, konsumen yang demikian ini adalah konsumen pabrik….
Demikian perjalanan listrik yang cukup panjang dan cukup melelahkan dengan mengeluarkan biaya produksi yang sangat mahal (tapi dijual dengan murah) hingga sampai kita nikmati di rumah kita sendiri walaupun tanpa kita sadari kita nikmati listrik dengan sikap boros (sikap yang harusnya tak terjadi) di saat kondisi listrik yang kini mengalami krisisnya…. padahal dengan hemat listrik kita diberikan banyak keuntungan, antaranya : mengurangi area pemadaman di saat krisis listrik, bisa menyimpan cadangan energi listrik untuk anak cucu kita kelak dan memperkecil pengeluaran isi kantong kita….. HEMAT LISTRIK, MUDAH CARANYA, MURAH BAYARNYA…. :)
:))))

Selasa, 21 Februari 2012

Cerpen SAKURA

Diposting oleh Niken Cahyaningrum di 00.27 0 komentar
Sebuah bulan setengah gelap menampakkan kilatan cahayanya yang meredup. Awan hitam menampakkan seramnya di sana. Seperti di sini, sebuah kota kecil yang menampakkan suramnya kehidupan di Tokyo. Ive menuntun ilmu di Universitas Tohoku Jepang. Universitas yang menunjukan dengan penelitian tentang computer, tepatnya permainan yang membuat sebagian anak" mengalami kerusakan.

Terdengar suara adzan di HP-Ive, secara otomatis sudah disetel, dan berbunyi tiap harinya. Maklum, di sini kota Tokyo, tak ada masjid, mayoritas orangnya Non-Muslim. Ive berwudlu dan segera mengerjakan sholat.

"Ya..Tuhan, berilah aku ketabahan dan kesabaran selama aku di sini." Ive menadahkan tangan saat berdoa.

Di sinilah Ive, dengan kehidupan bersama orang" yang kejam di zaman modern ini. Ive juga senang memotret "seni yang bisa menampakkan kehidupan asli, memang makna tersendiri tersembunyi dalam 'potret', tapi Ive tidak tahu itu." Mungkin, Ive lumayan berprestasi, sebagian kecil beasiswanya ditabung untuk investor yang mengembangkan toko kecil seni potret Ive. Saat IVE teringat bayangan wajah sang pahlawan kecilnya, ia adalah adik Ive.

Senyuman khas kecilnya tertutup duka, sebuah kerikil kecil yang membuatnya terpeleset dan masuk ke kolam yang dalam, 'malang' telah menimpa laki" kecil manis itu, lenteranya padam, asapnya telah melayang tenang di alam sana. Yang usianya belum genap 15 tahun sebelum 1 hari ulang tahunya.

"Jempol yang bengkak ini, tetap akan kubiarkan hingga ku merasa sakit seperti yang dirasakan adikku saat ini. Semua belum terbayar jika belum mati. Sebentar, detik demi detik kakak akan segera menyusulmu dik."

Gadis yang kian dewasa itu selalu berharap untuk mendoakan adiknya selalu bahagia di alam sana.

Mungkin kesibukan ayah dan ibunya tak memperdulikan Ive dari sekian lama Ive terpontang-panting pendidikan dan kehidupan  yang asing bagi Ive di sini.

"Apakah mereka hanyalah penggembala yang membiarkan kambingnya hidup di padang rumput sendirian? Tiupan janji terus berhembus bak suling yang menyanyi nyaring dan merdu sekali." 

"Ayah...Ibu, terus bekerja tanpa memperdulikanku lagi!", hati kecil Ive berkata kecil penuh harap.
Gadis keturunan Jepang dari ayahnya, dan selalu berjilbab itu sedang memotret pemandangan yang tepat sesuai keadaan hatinya.

Namun, hanya di suatu tempat yang terindah..di sebuah lebatnya pohon Sakura, kursi yang biasanya Ive tempati tertutup seakan kebanjiran bunga sakura dalam satu musim semi ini. 
Tiada orang yang Ive kenal di kota yang dianggap suram ini. Seseorang berdiri membelakangi Ive, tepatnya ia berada di depan kolam. Hatinya pun pilu melihat seorang gadis sedang melukis kolam dimana kejadian tragis adik Ive di sana. Tapi Ive tak mau menghubungkan lagi masalah itu.

"jepret", kilatan putih menyambar tempat yang Ive potret, kali ini, gadis itu tersadar dan terkaget melepaskan kuasnya hingga alatnya ikut berserakan.

Sedikit ekspresi marah tak terlihat, hanya menampakkan senyuman dengan lesung pipi nya. Malah, gadis itu menyodorkan tangan untuk bersalaman.

"Kyotu Hiramashu", gadis sebayanya itu mengajak berkenalan.

Sembari bersalaman, kata" kecil Ive mencibir "Ive Nakami!" berbalik Ive mengoceh sebutan namanya. Sempat kami mengobrol tentang asal-usul kami, dan seketika Kyotu tersenyum kecil dan berpaling membawa peralatannya. Kamera yang dikalungkan Ive segera beraksi kembali, melanjutkan pemotretan Ive selanjutnya.

Ive men-charger kameranya yang berbunyi "slow" pertanda baterai lemah.
Malam ini nampak sunyi, tak terdengar suara wanita tua yang sering marah" seperti orang gila. Ive manfaatkan moment ini untuk belajar, persiapan untuk minggu sepan ujian kelulusan Ive.

"Hidup yang membosankan bagiku. Kuliah, makan, potret, tidur." Itulah yang setiap hari Ive lakukan."

Hingga ujian Ive dimulai. Ujian ini terjadi sebuah kesulitan, dimana Ive tak membawa sebuah pengghapus. Padahal Ive sudah teliti, tapi tetap saja penghapus dibutuhkan Ive.

"Ini,setengah untukmu!" ,seorang gadis yang sepertinya Ive kenal berkata pada Ive, sembari memberi setengah penghapusnya.

"Kyotu, terima kasih!", tak disangka Ive, Kyotujuga bersekolah di sini. Ternyata Kyotu anak baru di Universitas ini, dan bersamaan mengikuti ujian dengan Ive. Ive hanya menorehkan senyuman kecilnya dan berbalik dengan ujiannya. Di kelas hanya ada Kyotu yang setia pada Ive.

Seminggu ini menjadi mencengangkan. Kini aku sangat berharap akan menjadi sang juara dan lulus dari ujian itu. Akhirnya kertas putih bertintakan hitam datang menghampiri dengan mengatasnamakan Ive.

"Yess,,aku lulus!!", teriakan Ive mengagetkan Kyotu, ternyata nilai Kyotu juga memuaskan, mereka sama" lulus ujian.

"Kami tak mengharapkan senyuman dengan gigi kamu, bukannya kami tak senang, Kami secara empat mata hanya bahagia dan terharu melihat kelulusan kami."

Kyotu mengajak Ive pergi ke Sakura, diamana tempat itu adalah tempat mencurahkan hati mereka. Rasa canggung dan gelisah kini telah hilang meninggalkan rasa senang.

Hari ini hari penuh kesenangan, namun membawa pula rasa sedih yaitu keharusan Ive untuk pulang ke Indonesia. Karena kabar itu, tampak wajah Kyotu yang sedih dan murung. Alam di sekitar mereka juga nampak murung. Namun apapun itu, Ive harus tetap pulang ke Indonesia, karena tugas menuntut ilmunya telah selesai.

Kyotu peri dengan ekspresi sedih sembari berlari, sekian detik telah jauh. Ive merasa sedih dan pasrah, Ive harus siap untuk pulang. Sesaat ia teringat dengan makam adiknya di Jepang , Ive menaburkan bunga Sakura . 10 menit tertatap sakura di tempat biasa ia potret. 1 jam pejalanan, telah sampai Ive di bandara.

"Kyotu? Aku senang bisa mengenalmu...walau kita berbeda dari segi agama. Aku tak memandang dirimu. Aku memandang hatimu yang tulus menemaniku, saat ku tak mengenal siapapun di kota ini...Aku minta satu perihal,tolong jaga tempat terindah kita 'sakura' dan jaga makam adikku...maaf atas kesalahanku selama ini...",Kyotu mendapat surat dari Ive , yang isinya persahabatan mereka harus berakhir pada saat itu. Tepat saat musim semi berakhir. Kesan terakhir Ive, tinggalah sebuah kenangan bersama gugurnya bunga SAKURA.
'End'

(karya temanku Linda)

Senin, 20 Februari 2012

Aku Ingin Melukis Langit, Menggores Bumi

Diposting oleh Niken Cahyaningrum di 05.33 0 komentar

Entah telah berapa lama aku tak menyapa Langit....
Apa kabarnya disana??
Sudah bertahun-tahun ingatku tentang bintang kadang datang kadang pergi
Sudah sejak itu pula harapku untuk melukis langit
hingga tergores ke bumi kubekukan di satu titik embun..

Aku tak ingin mengepakkan sayapku diantara jutaan bintang dan hiasan puncak langit..
Tak pula aku mau mengait dan menarik bintang itu lagi..
Telah luluh dan hancurkan goresan jemariku..

Aku tak tau kapan aku bisa Terbit lagi, saat Fajar dan Senja tiba...
Menjadi mentari yang menghangatkan di siang hari
Menjadi bulan yg memeluknya saat angin malam menghembus nafasnya...

..........
Dulu pernah dirimu ucap terimakasih
saat hangat disiang dan damai diwaktu malam

Jembatan bidadari yg kau bangun perlahan sirnakan damai dan kehangatan langit
Awalnya tak sempurna, namun bergetar ada yg tercipta...
Diam-diam menyayat mentari dan bulan yg kuadakan untuk langit..

Goresanku pun tak mampu obati sayatan itu,
relungku sudah enggan menyapa jemari ini, tak lagi ingin berteriak2

Kalau saja ada Bintang lagi, entah saat siang atau malam entah aku mampu mengulang lagi??

ini bukan akhir segalanya kawan!!

Diposting oleh Niken Cahyaningrum di 05.20 0 komentar
...semua kejadian baik itu buruk atau baik hanya Tuhan yang menentukan...
...jangan pernah beranggapan buruk tentang hari esok...
...mungkin esok hari akan lebih indah dari hari sebelumnya...
...buatlah hari esok seperti pelangi yang akan mewarnai bumi...
...salam kawan...buatlah kerajaanmu di atas pelangi...
...berdamailah dengan hari lalu dan masa depan...
...dan tersenyumlah laksana kamu pemenangnya...

*teruntuk kawan2ku yg sedang menanti sbh kputusan...ingat kita adalah pemenangnya ;)

Minggu, 19 Februari 2012

Kesempatan Besar melalui Peristiwa Kecil

Diposting oleh Niken Cahyaningrum di 03.04 0 komentar
Kejadian terkecil memiliki arti penting bagi pengembangan karakter kita. Tiap hari merupakan hari yang penting dan setiap detik adalah kesempatan bertumbuh untuk memperdalam karakter Anda, untuk menunjukkan kasih atau untuk bergantung pada Allah.
Ujian dari Tuhan kadang datang dalam bentuk kecil dan sepele. Mungkin karena itu tak terlalu terlihat, jadi kita acap tak memperhatikannya. Tapi dalam banyak hal, kita seringkali kalah terhadap hal-hal yang sepertinya tak dapat mengalahkan kita. Kita mungkin dengan mudahnya memenangkan ujian dalam hal-hal besar, tapi yang sepele seperti kejengkelan kecil, keterlambatan kecil, hal-hal kecil seperti itu seringkali kita tak lolos.
Hal terbesar yang Allah percayakan seringkali berupa ujian atau tantangan sehari-hari. Dia ingin melihat sikap kita menanganinya dan melalui itu, diharapkan Dia bisa mempercayakan sesuatu pada kita. Coba jika kita semua menganggap bahwa setiap saat dalam hidup kita adalah ujian, pasti kita bisa deh menangani semua persoalan. Tapi kita suka lupa. Kita lupa ada Tuhan di sorga yang memberikan penilaian tersebut buat kita. Jika demikian, bagaimana kita bisa tampil sebagai pemenang?

Popular Entry

 

Super Soulmate Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting