Selasa, 21 Februari 2012

Cerpen SAKURA

Diposting oleh Niken Cahyaningrum di 00.27 0 komentar
Sebuah bulan setengah gelap menampakkan kilatan cahayanya yang meredup. Awan hitam menampakkan seramnya di sana. Seperti di sini, sebuah kota kecil yang menampakkan suramnya kehidupan di Tokyo. Ive menuntun ilmu di Universitas Tohoku Jepang. Universitas yang menunjukan dengan penelitian tentang computer, tepatnya permainan yang membuat sebagian anak" mengalami kerusakan.

Terdengar suara adzan di HP-Ive, secara otomatis sudah disetel, dan berbunyi tiap harinya. Maklum, di sini kota Tokyo, tak ada masjid, mayoritas orangnya Non-Muslim. Ive berwudlu dan segera mengerjakan sholat.

"Ya..Tuhan, berilah aku ketabahan dan kesabaran selama aku di sini." Ive menadahkan tangan saat berdoa.

Di sinilah Ive, dengan kehidupan bersama orang" yang kejam di zaman modern ini. Ive juga senang memotret "seni yang bisa menampakkan kehidupan asli, memang makna tersendiri tersembunyi dalam 'potret', tapi Ive tidak tahu itu." Mungkin, Ive lumayan berprestasi, sebagian kecil beasiswanya ditabung untuk investor yang mengembangkan toko kecil seni potret Ive. Saat IVE teringat bayangan wajah sang pahlawan kecilnya, ia adalah adik Ive.

Senyuman khas kecilnya tertutup duka, sebuah kerikil kecil yang membuatnya terpeleset dan masuk ke kolam yang dalam, 'malang' telah menimpa laki" kecil manis itu, lenteranya padam, asapnya telah melayang tenang di alam sana. Yang usianya belum genap 15 tahun sebelum 1 hari ulang tahunya.

"Jempol yang bengkak ini, tetap akan kubiarkan hingga ku merasa sakit seperti yang dirasakan adikku saat ini. Semua belum terbayar jika belum mati. Sebentar, detik demi detik kakak akan segera menyusulmu dik."

Gadis yang kian dewasa itu selalu berharap untuk mendoakan adiknya selalu bahagia di alam sana.

Mungkin kesibukan ayah dan ibunya tak memperdulikan Ive dari sekian lama Ive terpontang-panting pendidikan dan kehidupan  yang asing bagi Ive di sini.

"Apakah mereka hanyalah penggembala yang membiarkan kambingnya hidup di padang rumput sendirian? Tiupan janji terus berhembus bak suling yang menyanyi nyaring dan merdu sekali." 

"Ayah...Ibu, terus bekerja tanpa memperdulikanku lagi!", hati kecil Ive berkata kecil penuh harap.
Gadis keturunan Jepang dari ayahnya, dan selalu berjilbab itu sedang memotret pemandangan yang tepat sesuai keadaan hatinya.

Namun, hanya di suatu tempat yang terindah..di sebuah lebatnya pohon Sakura, kursi yang biasanya Ive tempati tertutup seakan kebanjiran bunga sakura dalam satu musim semi ini. 
Tiada orang yang Ive kenal di kota yang dianggap suram ini. Seseorang berdiri membelakangi Ive, tepatnya ia berada di depan kolam. Hatinya pun pilu melihat seorang gadis sedang melukis kolam dimana kejadian tragis adik Ive di sana. Tapi Ive tak mau menghubungkan lagi masalah itu.

"jepret", kilatan putih menyambar tempat yang Ive potret, kali ini, gadis itu tersadar dan terkaget melepaskan kuasnya hingga alatnya ikut berserakan.

Sedikit ekspresi marah tak terlihat, hanya menampakkan senyuman dengan lesung pipi nya. Malah, gadis itu menyodorkan tangan untuk bersalaman.

"Kyotu Hiramashu", gadis sebayanya itu mengajak berkenalan.

Sembari bersalaman, kata" kecil Ive mencibir "Ive Nakami!" berbalik Ive mengoceh sebutan namanya. Sempat kami mengobrol tentang asal-usul kami, dan seketika Kyotu tersenyum kecil dan berpaling membawa peralatannya. Kamera yang dikalungkan Ive segera beraksi kembali, melanjutkan pemotretan Ive selanjutnya.

Ive men-charger kameranya yang berbunyi "slow" pertanda baterai lemah.
Malam ini nampak sunyi, tak terdengar suara wanita tua yang sering marah" seperti orang gila. Ive manfaatkan moment ini untuk belajar, persiapan untuk minggu sepan ujian kelulusan Ive.

"Hidup yang membosankan bagiku. Kuliah, makan, potret, tidur." Itulah yang setiap hari Ive lakukan."

Hingga ujian Ive dimulai. Ujian ini terjadi sebuah kesulitan, dimana Ive tak membawa sebuah pengghapus. Padahal Ive sudah teliti, tapi tetap saja penghapus dibutuhkan Ive.

"Ini,setengah untukmu!" ,seorang gadis yang sepertinya Ive kenal berkata pada Ive, sembari memberi setengah penghapusnya.

"Kyotu, terima kasih!", tak disangka Ive, Kyotujuga bersekolah di sini. Ternyata Kyotu anak baru di Universitas ini, dan bersamaan mengikuti ujian dengan Ive. Ive hanya menorehkan senyuman kecilnya dan berbalik dengan ujiannya. Di kelas hanya ada Kyotu yang setia pada Ive.

Seminggu ini menjadi mencengangkan. Kini aku sangat berharap akan menjadi sang juara dan lulus dari ujian itu. Akhirnya kertas putih bertintakan hitam datang menghampiri dengan mengatasnamakan Ive.

"Yess,,aku lulus!!", teriakan Ive mengagetkan Kyotu, ternyata nilai Kyotu juga memuaskan, mereka sama" lulus ujian.

"Kami tak mengharapkan senyuman dengan gigi kamu, bukannya kami tak senang, Kami secara empat mata hanya bahagia dan terharu melihat kelulusan kami."

Kyotu mengajak Ive pergi ke Sakura, diamana tempat itu adalah tempat mencurahkan hati mereka. Rasa canggung dan gelisah kini telah hilang meninggalkan rasa senang.

Hari ini hari penuh kesenangan, namun membawa pula rasa sedih yaitu keharusan Ive untuk pulang ke Indonesia. Karena kabar itu, tampak wajah Kyotu yang sedih dan murung. Alam di sekitar mereka juga nampak murung. Namun apapun itu, Ive harus tetap pulang ke Indonesia, karena tugas menuntut ilmunya telah selesai.

Kyotu peri dengan ekspresi sedih sembari berlari, sekian detik telah jauh. Ive merasa sedih dan pasrah, Ive harus siap untuk pulang. Sesaat ia teringat dengan makam adiknya di Jepang , Ive menaburkan bunga Sakura . 10 menit tertatap sakura di tempat biasa ia potret. 1 jam pejalanan, telah sampai Ive di bandara.

"Kyotu? Aku senang bisa mengenalmu...walau kita berbeda dari segi agama. Aku tak memandang dirimu. Aku memandang hatimu yang tulus menemaniku, saat ku tak mengenal siapapun di kota ini...Aku minta satu perihal,tolong jaga tempat terindah kita 'sakura' dan jaga makam adikku...maaf atas kesalahanku selama ini...",Kyotu mendapat surat dari Ive , yang isinya persahabatan mereka harus berakhir pada saat itu. Tepat saat musim semi berakhir. Kesan terakhir Ive, tinggalah sebuah kenangan bersama gugurnya bunga SAKURA.
'End'

(karya temanku Linda)

Senin, 20 Februari 2012

Aku Ingin Melukis Langit, Menggores Bumi

Diposting oleh Niken Cahyaningrum di 05.33 0 komentar

Entah telah berapa lama aku tak menyapa Langit....
Apa kabarnya disana??
Sudah bertahun-tahun ingatku tentang bintang kadang datang kadang pergi
Sudah sejak itu pula harapku untuk melukis langit
hingga tergores ke bumi kubekukan di satu titik embun..

Aku tak ingin mengepakkan sayapku diantara jutaan bintang dan hiasan puncak langit..
Tak pula aku mau mengait dan menarik bintang itu lagi..
Telah luluh dan hancurkan goresan jemariku..

Aku tak tau kapan aku bisa Terbit lagi, saat Fajar dan Senja tiba...
Menjadi mentari yang menghangatkan di siang hari
Menjadi bulan yg memeluknya saat angin malam menghembus nafasnya...

..........
Dulu pernah dirimu ucap terimakasih
saat hangat disiang dan damai diwaktu malam

Jembatan bidadari yg kau bangun perlahan sirnakan damai dan kehangatan langit
Awalnya tak sempurna, namun bergetar ada yg tercipta...
Diam-diam menyayat mentari dan bulan yg kuadakan untuk langit..

Goresanku pun tak mampu obati sayatan itu,
relungku sudah enggan menyapa jemari ini, tak lagi ingin berteriak2

Kalau saja ada Bintang lagi, entah saat siang atau malam entah aku mampu mengulang lagi??

ini bukan akhir segalanya kawan!!

Diposting oleh Niken Cahyaningrum di 05.20 0 komentar
...semua kejadian baik itu buruk atau baik hanya Tuhan yang menentukan...
...jangan pernah beranggapan buruk tentang hari esok...
...mungkin esok hari akan lebih indah dari hari sebelumnya...
...buatlah hari esok seperti pelangi yang akan mewarnai bumi...
...salam kawan...buatlah kerajaanmu di atas pelangi...
...berdamailah dengan hari lalu dan masa depan...
...dan tersenyumlah laksana kamu pemenangnya...

*teruntuk kawan2ku yg sedang menanti sbh kputusan...ingat kita adalah pemenangnya ;)

Minggu, 19 Februari 2012

Kesempatan Besar melalui Peristiwa Kecil

Diposting oleh Niken Cahyaningrum di 03.04 0 komentar
Kejadian terkecil memiliki arti penting bagi pengembangan karakter kita. Tiap hari merupakan hari yang penting dan setiap detik adalah kesempatan bertumbuh untuk memperdalam karakter Anda, untuk menunjukkan kasih atau untuk bergantung pada Allah.
Ujian dari Tuhan kadang datang dalam bentuk kecil dan sepele. Mungkin karena itu tak terlalu terlihat, jadi kita acap tak memperhatikannya. Tapi dalam banyak hal, kita seringkali kalah terhadap hal-hal yang sepertinya tak dapat mengalahkan kita. Kita mungkin dengan mudahnya memenangkan ujian dalam hal-hal besar, tapi yang sepele seperti kejengkelan kecil, keterlambatan kecil, hal-hal kecil seperti itu seringkali kita tak lolos.
Hal terbesar yang Allah percayakan seringkali berupa ujian atau tantangan sehari-hari. Dia ingin melihat sikap kita menanganinya dan melalui itu, diharapkan Dia bisa mempercayakan sesuatu pada kita. Coba jika kita semua menganggap bahwa setiap saat dalam hidup kita adalah ujian, pasti kita bisa deh menangani semua persoalan. Tapi kita suka lupa. Kita lupa ada Tuhan di sorga yang memberikan penilaian tersebut buat kita. Jika demikian, bagaimana kita bisa tampil sebagai pemenang?

Popular Entry

 

Super Soulmate Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting